Thursday, December 31, 2009
Kalam Khatam 2009
Bias dari sudut pandangan di sini bermakud, gagal untuk membangun pandangan secara tepat pada golongan mama. Hakikat ini berlaku bukannya diakibatkan oleh ketidakmampuan warga Shoubra, akan tetapi berdasarkan hakikat yang terpamer di balik segala kelakuan yang dizahirkan.
Sementara kita menggangap golongan tuan/puan rumah seluruhnya sebagai kumpulan sosial yang menjamin salah satu hak asasi insani kita, selain pakaian dan makanan, realiti yang berlaku adalah hampir kontra seluruhnya.
Mengganggap warga Shoubra semuanya lahir dari lapis bangsawan, seperti mana bangsa Arab di Dubai, golongan pelajar di sini sering dijadikan tempat dilempiaskan haloba iktisad golongan mama, tanpa mereka cuba menginsafi taraf ekonomi yang mampu dianut oleh sebahagian besar warga Shoubra.
Jika kita mampu untuk menerima hakikat bahawa Shoubra membentuk kota besar Kaherah, bagaimana mampu kita sekadar berpuas hati untuk menerima sebuah kediaman 'usang' namun dibebankan kos sewa yang melepasi harga siling ?
Dengan kondisi kediaman yang menawarkan masalah yang beragam, kita sering kali digulakan dengan pelbagai alasan sekadar untuk merasionalkan tindakan golongan ini.
Tanpa menafikan wujud sedikit pengecualian pada golongan ini ; mampu untuk menanggapi warga Shoubra sebaiknya, sebahagian besarnya masih selesa untuk mengekalkan 'status quo'.
Lebih dari itu, kegagalan untuk memenuhi ikatan perjanjian yang termetrai bersama sekadar mecucuk luka yang sudah sekian lama membarah.
Episod kenaikan harga setelah berlaku perjanjian, pengusiran atas alasan yang mampu diterima golongan separuh waras, dan pelbagai masalah teknikal lain yang berlaku saban tahun pada kediaman warga Shoubra menjanjikan kita tidak mendapat happy ending indah tiap tahun
Menjelang 2010, jalan keluar masih jauh di hadapan. Dengan izin-Nya, sepanjang tahun depan saya akan mula serius menulis segalanya mengenai komuniti Shoubra.
Wednesday, December 30, 2009
~sayonara 99-09~
Dalam foto ini, saya di titik tengah; bersongkok hitam sambil tawadu' memandang bawah.
Tiada penjelasan lanjut mengapa saya tergamak sedih begitu sedang lainnya mampu menzahirkan ekspresi yang lebih menawan.
Tuesday, December 22, 2009
PENGUMUMAN 2
Kejadian berlaku ketika waktu Zohor dan anggaran kerugian melebihi LE 500.
Ahmad 'Afif Zuhdi bin Ahmad Zaki,
Setiausaha Agung,
Dewan Perwakilan Mahasiswa [MAQAZ] Shoubra.
p/s: Saya tidak bercadang untuk menerbitkan post ini secara bulanan.
Monday, December 21, 2009
Perjalanan Mencari Nilai
Oprah Winfrey dengan Shownya, Micheal Jackson, pencipta Moon Wallk, Mr. President Barrack Obama, Michael Jordan dalam NBA dan Tiger Woods dengan kayu golfnya.
Semua imej ini mewakili potret kejayaan dan keunggulan dalam lapang masing-masing. Namun di balik pencapaian hebat mereka dalam menggapai kemewahan material, nyata terdapat jurang luas di sisi moral.
Tiger Woods, di balik deretan kejuaraan dan tajaan, mengejutkan dunia dengan skandalnya- bukti terbaru kegagalan material membeli kebahagiaan.
Berikut adalah catatan Leopold Weiss, seorang Yahudi asal Lwów yang telah melalui perjalanan spiritual hebat mencari nilai sebelum kembali menemui Islam seperti yang dicatat dalam bukunya 'Road to Mecca' kemudian dicatat kembali oleh Dr. Safwat M. Halilovic dalam karya 'Islam and The West From Asad's Point of View'
One day- it was in September 1926 - Elsa and I found ourselves travelling in the Berlin subway. It was an upper-class compartment. My eye fell casually on a well-dressed man opposite me,apparently a well-to-do businessman, with a beautiful briefcase on his knees and a large diamond ring on his hand. I thought idly how well the portly figure of this man fitted the picture of prosperity which one encountered everywhere in Central European those days: a prosperity all the more prominent as it came after of inflation, when all economic life has been topsy-turvy and shabbiness of appearance was the rule. Most of the people were now well-dressed and well fed, and the man opposite me was therefore no exception. But when I looked at his face, I did not seem looking at a happy person. He appeared to be worried: and not merely worried but actualy unhappy, with eyes staring vacantly ahead and the corners of his mouth drawn in as if in pain - but not in bodily pain. Not wanting to be rude, I turned my eyes away and saw next to him a lady of some elegance. She also had a strangely unhappy expression on her face, as if contemplating or experiencing something that caused her pain; nevertheless, her mouth was fixed in the stiff semblance of a smile which, I was certain, must have been habitual. And then I began to look around at all the other faces in the compartment - faces belonging without exception to well-dresses, well fed people: and in almost every one of them I could discern an expression oh hidden suffering, so hidden that the owner of the face seemed to be quite unaware of it.
This was indeed strange. I had never before seen so many unhappy faces around me: or was it perhaps that I had never before looked for what was now so obvious and nearly vocal? The impression was so strong that I mentioned it to Elsa; and she too began to look around her with the careful eyes of a painter accustomed to studying human features. Then she turned to me, astonished, and said: 'You are right. They all look as though they were suffering torments of hell...I wonder, do they know themselves what is going on inside them?'
I knew that they did not - for otherwise they could not go on wasting their lives as they did, without any faith in binding truths; without any goal beyond the desire to raise their own standrard of living';without any hopes other than having more material amenities, more gadgets, and perhaps more power...
When we returned home, I happened to glance at my desk on which lay open a copy of the Qur'an I had been reading earlier. Mechanically, I picked the book up to put it away, but just as I was about to close it, my eye fell on the open page before me, and I read
You are obsessed by greed for more and more Until you go down to your graves. Nay, but you will come to know! Nay, but you will cone to know! Nay, if you but knew it with the knowledge of certainty, You would indeed see the hell you are in. In time, indeed, you shall see it with the eye of certainty: And on that Day you will be asked what you have done with the boon of life [At-Takathur 1-8]
For a moment I was speechless. I think the book shook in my hands. Then I handed it to Elsa. 'Read this. It is not an answer to what we saw in the subway?' It was an answer! An answer so decisive that all doubt was suddenly at an end. I knew then, beyond any doubt, that it was a God-inspired book I was holding in my hand: for although it had been placed before man over thirteen centuries ago, it clearly anticipated something that could have become true only in this complicated, mechanised, phantom-ridden age of ours... This, I saw, was not the mere human wisdom of a man of a distant past in distant Arabia. However wise he may have been, such a man could not, by himself, have foreseen the torment so peculiar to this twentieth century. Out of the Qur'an spoke a voice greater than the voice of Muhammad...
Saturday, November 28, 2009
11 Zulhijjah
- Dalam falsafah korban, kuantiti bukan prioriti. Hajj:37.
- Juga, korban memberi faham bahawa segala yang dipinta lamanya dan pabila pantas mendakapnya, bukan beerti lamanya juga akan mendampinginya.Saffat:100-102.
- Jika tiada mampu menjadi sekuat Ibrahim a.s., jadilah setabah Ismail a.s.
- Warga Shoubra dengan limpah-Nya, akan menyalakan roh korban dengan kehadiran 19 ekor kambing dan seekor unta. Moga keikhlasan menjadi sumbunya.
- Taqqballahhu minna wa minkum.
Tuesday, November 17, 2009
PENGUMUMAN
Satu laporan polis telah dibuat dan anggaran kos kerugian melebihi LE 1000.
Ahmad 'Afif Zuhdi bin Ahmad Zaki,
Setiausaha Agung,
Dewan Perwakilan Mahasiswa [MAQAZ] Shoubra.
Thursday, November 12, 2009
Mempamer Solidariti
- Menekuni beberapa episod duka yang menimpa warga Shoubra mutakhir ini ,termasuk kepulangan ayahanda Iman, bonda Amer Al-Hafiz dan pemergian kakanda Syed Sulaiman ke rahmatullah alaih, juga keputusan hospital yang mengesahkan bonda saudara Faqih menghidap kanser, maka terpanggil saya untuk memberi respon segera.
- Maka benarlah kalam Allah Taa'la, 'Tiap-tiap yang hidup pasti akan merasai mati'-An-Nisa':185. Kerna, tua tidak menjadi syarat untuk mati, dan muda tidak menjadi asbab untuk hidup.
- Pastinya, rentetan yang berlaku ini merupakan satu peringatan dari Tuhan bahawa nyawa yang dikendong pasti punya waktu cerainya, dan bersiap siaga menghadapinya amat dituntut agama.Tentunya dengan proses transisi musim yang sedang berjalan, penjagaan kesihatan haruslah diangkat menjadi prioriti utama pada semua.
- Berat mata memandang, berat lagi bahu memikul. Hanya ucapan takziah yang mampu dikirim.Semoga roh-roh mereka ditempatkan di kalangan para auliya' dan solihin dan moga Allah mengurnia sebidang hati yang cekal pada para sahabat sekalian.
Al-Fatihah.
Sunday, November 1, 2009
Ruang Privasi
Tatkala Lapangan Terbang Antarabangsa Kaherah mulai lesu menjamah raut-raut 'segar', kini, ia kembali menanti wajah-wajah yang meninggalkannya pada purnama lalu.
Tentunya, menyambut sahabat yang kepingin teringin menjejak ke Lembah Nil, sekadar memutar kenangan indah (& pahit) seputar kehidupan.
Namun di balik keterujaan menyambut sahabat-sahabat baru, saya masih menuungu kelibat bayang seseorang yang begitu istemewa, bukan pada saya sahaja, malah kepada sesiapa yang berkesempatan mendampinginya.
Abdul Muqsith Shaari
Tika kita mematri janji untuk bersua selepas tahun berikutnya, harapnya akan tertunai jua.
Setelah berkejaran saat menjadi minit, bertukar minit membentuk jam, menyusul hari kepada minggu, berkumpul minggu mencipta bulan, dan digenap bulan pada tahun, tiba detik yang didamba.
Meski,
telah sama-sama kita mecongak mimpi agar kelak nanti bertukar realiti, Tuhan dengan ketentuan Yang Maha Pasti telah menentukan kita akan punya haluan sendiri.
Natijahnya,
Nyata, telah Tuhan amanahkan padamu pada suatu yang lebih baik.
Moga dikau mampu memikul amanah ini selayaknya, masakan tidak kerna Tuhan hanya membebani hamba-Nya sekadar mampunya sahaja.
Masih terbayang sms terkahir sebelum saya berlepas ke sini, menjadi perkongsian terakhir antara kami berdua:
Pada kesempatan bertemu,
Kalam selalu melulu,
Gerak agak terburu,
Namun,
Tindakmu acap mengundang syahdu,
Bersamamu damai di kalbu,
Pabila tiba saat jauh darimu,
Mata mulai kelabu,
Hati makin celaru,
Jiwa haru-biru,
Fikir tak tentu,
Pergi meninggalkanmu.
! أنا أحبك فى الله
Wednesday, October 7, 2009
Syawal , uniformitas@alienasi
Biarlah dihadam matannya dahulu, syarahnya menyusul kemudian dengan izin-Nya.
Uniformitas dan Alienasi
Dampak yang paling menyeramkan – bagi saya – adalah Uniformitas dan alienasi. Unformitas diambil dari kata uniform yang berarti seragam, sedang uniformitas itu sendiri adalah membuat suatu kelompok entah itu masyarakat lokal atau komunitas internasional menjadi sama atau seragam. Nah, akibat ada penyeragman atau uniformitas inilah kemudian, mereka yang tidak sama atau menolak untuk menjadi sama menjadi teralienasi dan dianggap asing dari suatu kelompok. Konsumerisme secara tidak langsung membuat pola yang kemudian akan mendorong kita pada uniformitas. Bahkan fenomena unformitas ini sudah terjadi.
Handphone atau Hp misalnya, dulu ketika Hp belum ada atau belum umum, tanpa benda itu rasanya hidup kita baik-baik saja. Tapi sekarang, di kota seperti Jogjakarta ini, tidak mungkin rasanya untuk tidak memiliki Hp. Uniformitas tidak terjadi begitu saja, ada prosesnya. Misal dalam satu kota hidup 1000 anggota masyarakat. Pada awalnya hanya 250 orang saja yang memiliki Hp di kota tersebut, Hp belum umum dan mereka yang tidak memiliki Hp masih baik-baik saja dan tidak merasa aneh. Namun pemasaran Hp semakin agresif. Pemilik Hp berkembang menjadi 850 orang, jadilah 150 orang yang tidak memilik Hp merasa aneh dan ketinggalan zaman, rikiplik! Terjadi alienasi. Akhirnya mereka yang 150 itu, terpaksa memasukkan Hp sebagai daftar keperluan baru..! tadaaa!! Terjadilah unformitas!
Sumber: Irfansyah
[penggunaan bahasa diubah sesuai dengan sentiviti masyarakat kebanyakan]
Saturday, September 19, 2009
1 Syawal, Maaf Didahulukan, Silaturrahmi Diutamakan
kpd:
warga lot 18,
seluruh sanak dan saudara dari mula perlis hingga hujung johor,
saf pendidik yang menta'dib,
sahabat & sahabiah dari awal tadika hingga ke puncak jaya,
semua kenalan cikgu Zaki & cikgu Aishah,
&
seluruh insan yang mengenali, memahami, merindui dan mencintai...
KULLU SANAH WA ANTUM TOYYIBIN..
MAAF ZAHIR & BATIN
Friday, August 7, 2009
Tahniah @ Takziah
- Hidup umpama roda. Benar. Sekali roda berputar, sekali kita berubah. Buat yang di atas, itu bukan zon selesa; yang dibawah juga bukan zon sengsara. Kerna, yang di atas bukan hanya sekadar menjenguk yang bawah; untuk memastikan yang dibawah mendapat haknya, yang di atas juga diperhati teliti oleh zat Maha Tinggi yang meletakkan amanah ini pada yang di atas. Sewajarnya, yang di atas perlu lebih gayat diperhati dari memerhati.
- Taklifan ini bukan tasyrifan. Saya suka ayat ini. Namun, saya lebih suka ayat ini dihembus, dilagukan atau dihujah pada saya jika saya terpandu oleh dorong ambisi, oleh anda semua.
- Kini, saya juga bakal dijadikan bahan polemik legasi panjang dalam mencari keseimbngan dalam 3J. Jami'ah, Jami'yah dan Jami'. Moga dengan kuantiti kualiti yang sedikit ini, mampu mencari formulanya.
- Jika berperang berada di saf hadapan, risiko bahaya lebih tinggi. Secara peribadi tiga risiko besar saya menerima amanah ini:
- Dek kerana saya bukan pemegang rekod kesihatan yang baik, risiko untuk cedera lebih tinggi dari yang jitu jasadnya.
- Saya masih dalam kategori 'kanyar'. Masih banyak lompang yang belum sempat ditampung.
- Rujuk pada yang atas. :>
*Ribuan terima kasih pada warga Muzallat atas hidangan lazat terutama kerabu 'Arabnya'. Terima kasih daun keladi, kalau ada rezeki jemput lagi.
Tuesday, June 2, 2009
Pasca Imtihan: Siri Ketiga
Sengaja saya tulis entri ini dalam kontra situasi dalam detik yang sama. Kurang 24 jam dari sekarang, detik KLIMAKS akan bermula bagi Mahasiwa Tahun Tiga Maahad Qiraat Shoubra & Mansurah in their final exam. Manakala, Mahasiswa Tahun Satu dan Dua mengambil langkah ANTI-KLIMAKS dek usai Imtihan masing-masing tika rali Imtihan di Lembah Nil masih berlangsung walau temponya makin kendur.
Mengulas tsunami Imtihan yang melanda Shoubra tempoh hari, saya tidak terkejut besar dengan fenomena ini. Seperti yang digambarkan sebelum ini, saya sudah menjangkakannya sedari awal. Keputusan Imtihan Dur Awal tempoh hari merupakan huge achievement kepada warga Shoubra. Peningkatan pelajar SOFI (lulus semua subjek dalam Dur Awal) dari tujuh orang pada purnama sebelumnya kepada 47 orang menceritakan segalanya. Nyata SOFI tidak lagi menjadi sutera ekslusif yang dikenakan golong ‘ilmuwan’ sahaja, malah sama dinikmati ‘marhean’ lainnya.
Harapan saya peningkatan bilangan SOFI ini bergerak senada dengan tahap penguasaan ilmu kita di sini. Walau saya tidak menggemari konsep pembelajaran untuk peperiksaan, namun saya percaya peperiksaan adalah sebahagian proses ke arah kematangan ilmu. Kalungan tahniah saya ucapkan pada semua belah 47.
Saya? Dari awal satu hingga hujung 47, tiada saya tergolong dalam pihak ini. Nyata, saya masih punya misi yang belum selesai. Take it from positive view, saya merasa amat bertuah untuk terus menekuni Usul Qiraat sebaiknya. Saya akui, masih banyak yang perlu saya kuasai dalam mauduk ini. Segala puji pada Yang Esa atas peluang ini.
Namun,bukan senang untuk menerima hakikat gagal. Tapi, sekurang-kurangnya saya lebih menghayati buku Berani Gagal Billi Lim. Dare To Fail.
_________________________________
Khas bagi pembaca yang mempunyai pengalaman hidup di Mesir sahaja.
Fikirkan.
Bayangkan sebuah bangunan tujuh tingkat yang berkepadatan 50 hingga 100 orang di setiap tingkat, dengan suasana yang aman,tenteram dan menyenangkan. Jauh dari hiruk-piruk kota, namun bangunan itu terletak betul-betul di tengah kota yang sibuk.
Setiap orang di setiap tingkat melakukan kerja yang sama. Mereka berulang-alik mencari sesuatu, setelah menjumpainya, mereka duduk dalam tempoh lama sebelum mengulanginya semula.
Dimanakah lokasi bangunan ini?
Saya baru sahaja menemuinya, dan penglaman berada di dalamnya amat mengasyikkan. Saya juga melakukan ritual yang sama seperti semua orang di dalamnya.