Berapa pula penjual negeri
Mengharap emas perak bertimba
Untuk keuntungan diri sendiri
Biarlah bangsa menjadi hamba
Ini sebebnya umatkan jatuh
Baik dahulu atau sekarang
Inilah sebabnya kaki lumpuh
Menjadi budak belian orang
Sakitnya bangsa bukan di luar
Tetapi terhujum di dalam nyawa
Walau dinobat walau ditawar
Semangat hancur apalah daya
Janjian Tuhan sudahlah tajalli
Mulailah umat yang teguh iman
Allah tak pernah mungkirkan janji
Tarikh periwayat jadi pedoman
Tidaklah Allah mengubah untung
Suatu kaum dalam dunia
Jika hanya duduk termenung
Berpeluk lutut berputus asa
Malang dan mujur nasibnya bangsa
Turun dan naik silih berganti
Terhenyak lemah; naik perkasa
Bergantung atas usaha sendiri
Riwayat yang lama tutuplah sudah
Apakah guna lama terharu
Baik berhenti bermenung gundah
Sekarang buka lembaran baru
Habis sudah madahnya puteri
Ia pun ghaib khayal pun hilang
Tinggal penyair seorang diri
Dihadapan cahaya jelas membentang
Pantai Melaka klulihat riang
Nampaklah ombak kejar mengejar
Bangunlah Tuan belahan sayang
Seluruh Timur sudahlah sedar
Bercermin pada sejarah moyang
Kita sekarang mengubah nasib
Di zaman susah atau pun riang
Tolongan tetap dari yang Ghaib
Bangunlah kasih umat Melayu
Belahan asal satu turunan
Bercampur darah dari dahulu
Persamaan nasib jadi kenangan
Semangat yang lemah dibuang jauh
Jiwa yang kecil kita besarkan
Yakin percaya, iman pun teguh
Zaman hadapan, penuh harapan
Bukanlah kecil golonganmu tuan
Tujuh puluh juta Indonesia
Bukan sedikit kita berteman
Sudahlah bangun bumi Asia
Kutarik nafas, kukumpul ingatan
Aku pun tegak dari renungku
jalan yang jauh aku teruskan
Melukis riwayat safhat hidupku
Kota Melaka tinggallah sayang
Beta nak balik ke PulauPerca
Walau terpisah engkau sekarang
Lambat launnya kembali pula
Walaupun luas watang terbentang
Danau Maninjau terkenang jua
DI ATAS RUNTUHAN MELAKA LAMA
HAMKA
No comments:
Post a Comment